Kamis, 13 April 2017

Atasi Masalah Remaja dengan Keterampilan Konseling

ATASI MASALAH REMAJA DENGAN KETERAMPILAN KONSELING
Yaidah Usna

ABSTRAK
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.  Artinya, pada masa ini remaja diharapkan berubah dari ketergantungan jadi independen, mandiri, dan dewasa. Dalam proses menjadi dewasa, seringkali remaja menemui masalah dalam kesehariannya. Untuk itu untuk membantu memecahkan masalah remaja perlu dilakukan konseling agar remaja yang bermasalah bisa terpecahkan masalahnya.
Kata kunci : Remaja, Masalah, Konseling
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah fase kehidupan yang menandai transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada umumnya, kehidupan seorang remaja akan beralih dari anggota keluarga menjadi anggota kelompok sebaya. Dengan bergaul bersama teman sebaya, mereka akan mengalami kebersamaan sosial sekaligus individualitas mereka di dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, mereka akan berkembang menjadi orang-orang yang lebih dewasa. Setelah mengembangkan kepribadian individual, mereka cenderung protektif terhadap ruang privat dan menolak campur tangan orang lain, khususnya orangtua.
Cara seorang remaja beralih dari masa kanak-kanak ke usia dewasa berbeda-beda sesuai dengan budaya mereka. Tugas seorang remaja adalah beranjak dari ketergantungan menuju kemandirian. Sebagian remaja melewati fase remaja jauh lebih cepat daripada sebagian lainnya. Banyak tantangan menghadang mereka selama fase perkembangan ini. Sebagai comtoh, seorang remaja harus menghadapi dan menyikapi perubahan-perubahan fisik, emosional, dan seksual. Karena sudah mampu berpikir lebih abstrak, mereka mulai mengembangkan nilai-nilai dan  keyakinan-keyakinan moral dan religius sesuai dengan diri mereka, dan mungkin berbeda dengan milik keluarga mereka.

INTI
Remaja mempunyai kebutuhan untuk mengembangkan identitas mereka sendiri. Masalah pokok bagi remaja yang hidup di sebuah lingkungan kultural yang berbeda dari lingkungan keluarga mereka adalah perasaan tertekan ketika aturan-aturan dan nilai-nilai keluarga mereka bertentangan dengan dunia sekeliling mereka. Selain menemukan identitas pribadi mereka sendiri, mereka juga harus menghadapi masalah-masalah yang menyangkut dengan pencarian identitas etnik. Semua ini mendorong mereka mengembangkan perasaan memiliki sebuah kelompok secara lebih kuat. Para remaja perlu memikirkan bagaimana cara menyikapi pengaruh dan tekanan dari kelompok-kelompok sebaya. Mereka perlu membuat keputusan-keputusan berkenaan dengan merokok, penggunaan narkoba, aktivitas seksual, dan perilaku antisosial yang berisiko.
Karena umumnya berusaha keras untuk hidup mandiri dan menjaga diri dari pengaruh keluarga, mereka kadang-kadang menolak dan mencurigai campur tangan orang dewasa. Mereka sering berseberangan pandangan dengan orang-orang yang memiliki otoritas dalam keluarga dan masyarakat mereka, karena bersikeras untuk membentuk sikap, keyakinan, prinsip, nilai, dan perilaku mereka sendiri. Melihat kiprah mereka, kita bisa tergelincir pada anggapan bahwa sebagian remaja merasa peraya diri dan mampu padahal sebenarnya tidak demikian. Banyak remaja berusaha tampil seolah-olah mereka dapat mengatasi masalah-masalah yang sulit untuk memperlihatkan independensi mereka. Namun senyatanya, mereka mungkin belum menguasai keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Para remaja sering menganggap bantuan yang ditawarkan orang-orang tua sebagai upaya untuk mempengaruhi keyakinan, nilai, dan keputusan mereka. Akibatnya, banyak remaja enggan berbicara dengan para orangtua tentang masalah-masalah yang mengganggu mereka. Untuk membantu mereka dalam memecahkan masalah, kita perlu menerapkan keterampilan konseling dan cara yang paling tepat adalah dengan membantunya bereksplorasi. Memahami fase remaja akan sangat bermanfaat ketika menerapkan keterampilan konseling, membangun hubungan saling percaya, bersikap tidak menghakimi, memvalidasi sudut pandang remaja, melakukan refleksi, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
SIMPULAN
Masa remaja adalah fase kehidupan yang menandai transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada umumnya, kehidupan seorang remaja akan beralih dari anggota keluarga menjadi anggota kelompok sebaya. Dengan bergaul bersama teman sebaya, mereka akan mengalami kebersamaan sosial sekaligus individualitas mereka di dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, mereka akan berkembang menjadi orang-orang yang lebih dewasa. Setelah mengembangkan kepribadian individual, mereka cenderung protektif terhadap ruang privat dan menolak campur tangan orang lain, khususnya orangtua. Para remaja sering menganggap bantuan yang ditawarkan orang-orang tua sebagai upaya untuk mempengaruhi keyakinan, nilai, dan keputusan mereka. Akibatnya, banyak remaja enggan berbicara dengan para orangtua tentang masalah-masalah yang mengganggu mereka. Untuk membantu mereka dalam memecahkan masalah, kita perlu menerapkan keterampilan konseling dan cara yang paling tepat adalah dengan membantunya bereksplorasi. Memahami fase remaja akan sangat bermanfaat ketika menerapkan keterampilan konseling, membangun hubungan saling percaya, bersikap tidak menghakimi, memvalidasi sudut pandang remaja, melakukan refleksi, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
Geldard, Kathryn. 2004. Teknik Konseling. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Wikipedia. 2014. Pengertian Remaja. http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diunduh 31 Januari 2014).



0 komentar:

Posting Komentar