“Allah Takkan Membiarkanmu Sendirian”
Yaidah Usna
201431064
Jika berkunjung ke stadion Liverpool di Anfield,
ada tulisan besar di luar dinding stadion yang berbunyi; “You will Never Walk
Alone” atau yang sering disingkat dengan YNWA. Tulisan ini sangat berkesan pada
diri pemain dan pendukungnya dan mampu membuat ikatan emosional yang sangat
tinggi. Pada diri pemain, mereka merasakan ada kekuatan besar yang akan
mengiringi suka dan duka selama dalam pertandingan sepakbola. Bagi para
pendukung, ungkapan tersebut menunjukkan kesetiaan dan loyalitas mereka
terhadap klub dan para pemain dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dalam
masa senang dan masa sulit. Slogan YNWA juga dilengkapi dengan himne yang
sering dinyanyikan saat Liverpool bertanding di stadion Anfield. Banyak
kemudian para pemain yang ketika ingin meninggalkan Liverpool , mereka merasa
terharu dan mendapat kesan yang luar biasa dari slogan dan himne YNWA.
Hiruk-pikuk dalam sebuah pertandingan sepakbola
adalah fragmen kecil dari hiruk-pikuk kehidupan manusia. Ungkapan YNWA tentu
saja tidak bisa mengiringi setiap fragmen kehidupan yang begitu banyak. Ada
fragmen kehidupan keluarga, kehidupan sosial, kehidupan masa tua, dan seterusnya.
Kesetiaan dan loyalitas yang bersumber dari manusia tetap terbatas dan
temporer. Akan ada waktu di mana YNWA tidak bisa menemani perjalanan hidup para
pemain sepakbola dan para pendukungnya.
Bagaimana dengan kehidupan seorang Muslim dalam
mengarungi perjalanan hidup yang penuh riak dan gelombang dahsyat ini? Mereka
tidak perlu khawatir, akan selalu ada Allah yang tidak akan pernah membiarkanmu
sendirian. Selalu ada Allah yang mengiringi perjalanan hidup kita. Saat-saat di
mana manusia yang setia dan loyal sudah meninggalkan seseorang, Allah tetap
bersama dengan kita. Di dalam Al-Qur’an, Allah sudah memberikan jaminan bahwa
kasih sayang-Nya, cinta-Nya selalu bersama kita di mana pun dan dalam kondisi apapun.
Dan Dia selalu bersama kalian, di mana saja
kalian berada (Q.S. Al-Hadid: 4)
Jaminan inilah yang memberikan kekuatan kepada
orang-orang beriman yang bersama nabi Musa lari tunggang-langgang dari kejaran
Fir’aun dan pasukannya, padahal di depannya terbentang Laut Merah.
Seperti Nabi Ibrahim yang sudah tidak punya kekuatan sama sekali saat diikat
sekujur tubuhnya dan siap dibakar oleh masyarakatnya, tetapi kemudian Allah
menunjukkan kasih sayang-Nya. Hanya ada opsi hidup atau mati saat itu. Dalam
kondisi yang sangat genting, Allah tidak membiarkan Nabi Ibrahim dan Nabi Musa
bersama pengikutnya sendirian. Allah ingin menjamin bagi orang-orang yang
beriman bahwa mereka tidak akan pernah berjalan sendirian.
Begitulah indahnya kehidupan orang yang beriman.
Ia tidak akan pernah dibiarkan berjalan sendiri setiap hari. Allah selalu
mengiringi perjalanannya baik saat suka, apalagi saat duka menerpanya. Bahkan
jaminan itu diberikan sampai pada kondisi yang paling tidak memungkinkan
sekalipun. Tentu saja sangat berbeda dengan jaminan YNWA manusia yang biasanya
hanya ada pada masa suka dan senang. Jaminan kesetiaan secara perlahan luntur
dan menghilang saat kondisi yang sulit. Ada mutiara hikmah yang menggambarkan
kesetiaan manusia :
Jika harta ku sedikit, maka tidak seorang pun yang ingin menjadi
sahabatku.
Tetapi pada saat harta ku banyak, setiap orang akan berdatangan
untuk menjadi sahabatku.
Betapa banyak musuh yang menjadi sahabat saat harta berlimpah.
Betapa banyak sahabat yang menjadi musuh saat harta tak ada.
Syair ini menggambarkan betapa rapuhnya
mengharapkan jaminan dari manusia. Allah yang maha kasih dan sayang adalah
pengiring abadi perjalanan hidup kita baik dalam suka maupun duka. Wallahu
a’lam
0 komentar:
Posting Komentar