Kamis, 13 April 2017

Konseling Hindu-Buddha

KONSELING HINDU-BUDDHA

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Manusia sebagai homo religious atau homo dipinans (makhluk ber-Tuhan yang diciptakan dengan kelengkapan-kelengkapan dasar berupa bakat beragama dan bakat berbakti kepada Maha Pencipta). Manusia dimanapun dia berada akan selalu menghadapi masalah dan pada dasarnya manusia itu memerlukan bantuan untuk mengatasi masalahnya. Banyak individu mempunyai masalah dan sulit untuk dipecahkan atau diatasi sendiri, untuk itu perlu adanya usaha memberikan pilihan jalan untuk pemecahannya dari kehidupan sehari-hari dan pengalamannya yang dikenal dengan istilah konseling agama. Mengingat Indonesia adalah negara yang khas dengan keaneragaman, maka agama yang ada di dalamnya pun juga beragam, seperti agama Hindu dan Buddha. Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses konseling pun juga jadi berpengaruh. Untuk itu, perlu dikaji lebih dalam mengenai konseling tri hita karana (hindu) dan konseling agama buddha secara lebih spesifik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu yang dimaksud dengan konseling?
2.      Apa itu konseling tri hita karana (hindu)?
3.      Apa tujuan dari konseling tri hita karana (hindu)?
4.      Apa itu konseling agama buddha?
5.      Apa tujuan dari konseling agama buddha?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konseling.
2.      Untuk mengetahui konseling tri hita karana (hindu).
3.      Untuk mengetahui tujuan konseling tri hita karana (hindu).
4.      Untuk mengetahui konseling agama buddha.
5.      Untuk mengetahui tujuan konseling agama buddha.

BAB II
PEMBAHASAN




A.    Pengertian Konseling
Konseling merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayananan maupun sebagai teknik. Pelayanan konseling merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of guidance program) dan Ruth Strang menyatakan guidance is broader counseling is a most important tool og guidance. (Ruth Strang, 1958). Jadi, konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam bimbingan.
Selanjutnya, Rochman Natawidjaya (1987:32) mendefinisikannya bahwa konseling adalah satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seseorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu konseling) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masaslah yang dihadapinnya pada waktu yang akan datang.

B.     Pengertian Konseling Tri Hita Karana (Hindu)
Konseling Tri Hita Karana (Hindu) adalah proses pemberian bantuan dari konselor pada konseli supaya konseli sadar akan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan sesuai dengan Tri Hita Karana, yakni mencapai kebahagiaan melalui 3 hal; Hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam lingkungan, dan hubungan manusia dengan manusia (sesama). Tentunya konseling tersebut didasarkan pada ajaran-ajaran agama hindu atau tidak menyimpang dari agama hindu.
Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri= tiga, Hita= sejahtera, Karana= penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan dan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara: Manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya.
Kata Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sanskerta, dimana kata Tri artinya tiga, Hita artinya sejahtra atau bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita Karana artinya tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan bagi umat hindu. Untuk itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar dapat mencapai hubungan yang harmonis. Sebagaimana dimuat dalam ajaran agama hindu bahwa “kebahagiaan dan kesejahtraan” adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau kesejahtraan pisik atau lahir yang disebut “Jagadhita” maupun kebahagiaan rohani dan batiniah yang disebut ”Moksa”.
Untuk bisa mencapai kebahagiaan yang dimaksud, umat hindu perlu mengusahakan hubungan yang harmonis (saling menguntungkan) dengan ketiga hal tersebut diatas. Karena melalui hubungan yang harmonis terhadap ketiga hal tersebut diatas, akan tercipta kebahagiaan dalam hidup setiap umat manussia. Oleh sebab itu dapat dikatakan hubungan harmonis dengan ketiga hal tersebut diatas adalah suatu yang harus dijalin dalam hidup setiap umat manusia. Jika tidak, manusia akan semakin jauh dari tujuan yang dicita-citakan atau sebaliknya ia akan menemukan kesengsaraan.

C.    Konsep Dasar Tri Hita Karana
1.      Hubungan Manusia dengan Tuhan
Manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan Atman yang ada dalam diri manusia merupakan percikan sinar suci kebesaran Tuhan yang menyebabkan manusia dapat hidup. Dilihat dari segi ini sesungguhnya manusia itu berhutang nyawa terhadap Tuhan. Oleh karena itu setiap manusia wajib berterima kasih, berbhakti dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Rasa terima kasih dan sujud bhakti itu dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji terhadap kebesaran Nya, yaitu :
a.       Dengan beribadah dan melaksanakan perintahnya.
b.      Dengan melaksanakan Tirtha Yatra atau Dharma Yatra, yaitu kunjungan ketempat-tempat suci.
c.       Dengan melaksanakan Yoga Samadhi.
d.      Dengan mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.

2.      Hubungan Manusia dengan Alam Lingkungannya
Seperti kita ketahui bersama bahwa lingkungan merupakan sumber penghidupan manusia. Dalam kontek ini umat hindu sangat erat sekali hubungannya dengan alam semesta, semua kebutuhan hidup yang diperlukan oleh umat hindu bersumber dari alam semesta dan merupakan ciptan Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam ajaran Tatt Twam Asi dijelaskan “kamu adalah aku” yang artinya adalah kita semua yang ada dialam semesta ini sama-sama merupakan ciptaan-Nya.
Perlu kita sadari umat manusia tidak bisa hidup tanpa alam semesta (lingkungan), dalam kitab suci Weda dijelaskan segala kebutuhan hidup umat manusia hampir semuanya berasal dari alam semesta.

3.      Hubungan Manusia dengan Manusia
Ketika manusia satu dan yang lainnya dalam keadaan tidak menyatu atau berbeda-beda seperti ada perbedaan, dari kaya dan miskin, baik dan buruk,dan hal-hal yang membuat kita tidak sependapat. Seperti adanya catur warna.  Di dalam catur warna seolah-olah umat hindu memiliki perbedaan-perbedaan yang bisa memisahkan hubungan antara sesama. Menyadari hal demikian umat hindu harus selalu menjalin hubungan dengan sesama manusia, hubungan yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan yang baik atau saling menghormati dan saling membantu. Sebab hanya hubungan yang demikian dapat memberi arti kepada hidup manusia. Jadi, untuk dapat memetik hikmah dari kehidupan bersama tersebut seseorang mesti tetap berpegangan kepada ajaran dharma, yang pada intinya mengharapkan agar dalam kehidupan di muka bumi ini seseorang mesti selalu mengukur dari diri sendiri. Setiap akan melangkah, seseorang diharapkan bertanya pada dirinya sendiri, apakah yang dia lakukan tersebut jika ditujukan kepada dirinya sendiri akan menyebabkan atau memberi akibat baik atau buruk. Itulah rahasia sederhana yang diajarkan dalam menempuh hidup bersama untuk memperoleh kesuksesan. Apabila semua itu direalisasika dalamkehidupan sehari-hari, maka tentunya tidak akan ada kesulitan dalam hidup manusia untuk mewujudkan tujuannya.

D.    Tujuan Konseling Tri Hita Karana (Hindu)
Adapun tujuan pelaksaan konseling Tri Hita Karana adalah sebagai berikut:
1.      Supaya konseli dapat berkembang secara optimal sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana. Seperti yang telah diketahui, Tri Hita Karana dalam ajaran hindu mengajarkan sebuah kesejahteraan harus dicapai manusia melalui 3 hal, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, lingkungan dan sesama.
2.      Membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapi atas petunjuk agama hindu. Jadi, konseling yang dilaksanakan berlandaskan petunjuk-petunjuk dari agama hindu yang tentunya mengajarkan kebaikan.
3.      Menanamkan kebesaran hati pada konseli supaya hubungannya dengan Tuhan, lingkungan dan sesama berjalan harmonis.


E.     Pengertian Konseling Agama Buddha
Konseling agama buddha ialah suatu proses pemberian bantuan dari konselor terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh konseli dengan berlandaskan ajaran-ajaran agama buddha atau buddhisme.
Agama Buddha mempunyai peranan besar dalam membentuk perilaku anak didik. Dikatakan bahwa agama Buddha adalah sains mengenai pikiran. Buddha, jauh sebelum Aquinas atau Heisenberg, menekankan keunggulan pikiran dalam persepsi dan bahkan dalam "penciptaan" realitas. Salah satu konsep sentral dalam Buddhisme adalah gagasan tentang "segala sesuatu diciptakan dari pikiran". Buddha menggunakan filosofi bahwa dalam kehidupan (1) adanya permasalahan (dukkha), (2) sebab masalah (dukkha samudaya), (3) penyelesaian masalah (dukkha nirodha), (4) jalan atau cara menyelesaikan masalah (dukkha nirodha gaminipataipada). Proses pemahaman bertahap merupakan proses menemukan secara langsung permasalahan-permasalahan yang disadari maupun tidak disadari dalam kontek konseling berarti proses identifikasi menemukan sebab masalah, dan cara atau perlakuan untuk menyelesaikan masalah pada akhirnya adalah untuk menyempurnakan tujuan pencerahan sempurna.
Buddhisme menjelaskan bahwa setiap pengalaman merupakan suara batin yang selalu ada, yang menginterprestasikan apa yang diprestasikan bagaimana keputusan yang diambil atas aksi-aksinya dan dapat memberikan keyakinan pada individu tentang keadaan dirinya sendiri.
“Kesadaran mata muncul tergantung pada mata dan wujud” kebersamaan dari tiga hal inilah kontak-kontak sebagi sebab maka muncul apa yang dirasakan sebagai menyenangkan, menyakitkan, atau bukan menyenangkan atau tidak bukan menyenangkan. Bila ia disentuh perasaan tidak tidak menyenangkan maka ia menderita, sedih, meratap, memukul dada, menangis dan menjadi putus asa........(M.III.XV:148).
 Berdasarkan pengalaman ini menimbulkan adanya ketidakpuasan penderitaan dan ketidakmampuan. Hal ini disebut gangguan jiwa/dukkha. Buddhisme mengklaim  bukan hanya dapat meringankan dukkha tetapi menyembuhkan secara total. Hal ini mencegah seeorang untuk sakit atau mengalami penyakit jiwa.
“Ia memiliki pengetahuan langsung: ini adalah penderitaan/dukkha, asal mula dukkha, penghentian dukkha, jalan menuju lenyapnya dukkha.......ketika ia mengetahui dan melihat demikian, pikiran terbebas dari noda nafsu indria, kelahiran telah dilenyapkan, penghidupan suci telah telah dijalani, apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada kelahiran berikut  (M.III.XIII:125).
F.     Tujuan Konseling Agama Buddha
Adapun tujuan dari konseling agama buddha adalah sebagai berikut:
1.      Membantu individu atau konseli mengambil keputusan yang tepat atas permasalahan yang sedang dihadapinya.
2.      Memberikan pengetahuan atau kesadaran bagi individu atau konseli mengenai keadaan dirinya.
3.      Mengindarkan individu atau konseli dari penderitaan atas masalah yang sedang dialaminya.
4.      Mencegah individu atau konseli melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran buddha dalam melampiaskan amarah atas masalah yang tak kunjung selesai.
5.      Mencapai kesejahteraan jiwa dan ketinggian akhlak.
6.      Melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh negatif yang senantiasa mengganggu eksistensi kepribadian yang selalu cenderung untuk taat dan patuh kepada Tuhan.


BAB III
PENUTUP


1.      Kesimpulan
Konseling Tri Hita Karana (Hindu) adalah proses pemberian bantuan dari konselor pada konseli supaya konseli sadar akan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan sesuai dengan Tri Hita Karana, yakni mencapai kebahagiaan melalui 3 hal; Hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam lingkungan, dan hubungan manusia dengan manusia (sesama). Tentunya konseling tersebut didasarkan pada ajaran-ajaran agama hindu atau tidak menyimpang dari agama hindu.
Konseling agama buddha ialah suatu proses pemberian bantuan dari konselor terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh konseli dengan berlandaskan ajaran-ajaran agama buddha atau buddhisme.
Agama Buddha mempunyai peranan besar dalam membentuk perilaku anak didik. Dikatakan bahwa agama Buddha adalah sains mengenai pikiran.
2.      Saran
Sebagai calon konselor, suatu saat nanti kita akan terjun ke lapangan pekerjaan. Untuk itu kita perlu mengkaji lebih dalam mengenai agama yang kita anut dan kita jadikan modal untuk membantu pemecahan masalah konseli.

DAFTAR PUSTAKA

Taniputera, Ivan. 2003. Sains Modern dan Buddhisme. Karaniya. Jakarta.
Muhammad Shalih, Imam Musbikhin. 2005.  Agama sebagai Terapi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Moh. Sholeh. 2005. Agama Sebagai Terapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 komentar:

Posting Komentar